VIVAnews -  Stress selama kehamilan dan menyusui bisa memicu perubahan genetik pada bayi yang dapat berakibat meningkatnya risiko obesitas pada bayi itu di kemudian hari.
Menggunakan tikus, peneliti dari Department of Integrative Biology and Physiology, Medical School, University of Minnesotamenemukan bahwa tikus hamil yang diberi beban stress memiliki anak-anak yang tumbuh lebih cepat dibanding tikus yang tidak diberi tekanan.
Beberapa bulan kemudian, anak-anak tikus yang tumbuh lebih cepat itu memiliki lemak di sekitar perut dan kadar gula darah yang lebih tinggi. Sebuah indikasi gejala diabetes. Kondisi ini ternyata disebabkan oleh dampak genetik dari hormon stress.
“Pertumbuhan ini terjadi karena ada perubahan dalam neurotransmitter di otak yakni neuropeptide Y yang meningkatkan selera dan menghadirkan pembentukan dan pertumbuhan sel lemak,” kata Ruijun Han, ketua tim peneliti, seperti dikutip dari MedIndia, 14 April 2011.
Han menyebutkan, semakin banyak sel lemak yang didapat sebelum masuk ke usia dewasa, semakin tinggi pula risiko terjadinya obesitas. “Untuk itu, intervensi pertumbuhan sel ini selama kehamilan dan saat masih berusia anak-anak merupakan cara efisien untuk mencegah obesitas di kala dewasa,” ucapnya.
Menariknya, peneliti juga menemukan bahwa perubahan ini hanya terjadi pada anak-anak tikus betina. Dari uji coba, peneliti menarik kesimpulan bahwa anak-anak tikus betina lebih membutuhkan jaringan lemak untuk memproduksi keturunan.
Saat ini, keterlibatan manusia sebagai objek penelitian akan dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut apakah stress menghasilkan efek yang sama pada manusia.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

very useful for my wife...
nice post

Azzuhro mengatakan...

hopefully helpful thank you

Posting Komentar